Amuntai Kalimantan Selatan

Kamis, 05 Desember 2013

Kota Amuntai Negara Indonesia Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan Ketinggian −23 ft (0-7 m) Populasi • Suku Banjar • Agama Islam Amuntai (disingkat: AMT[1]) adalah ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Utara. Kota Amuntai terletak di pertemuan (bahasa Banjar: murung) antara sungai Negara, sungai Tabalong dan sungai Balangan dan berjarak 190 km di sebelah utara Kota Banjarmasin, ibu kota provinsi Kalimantan Selatan. Ejaan Amuntai di zaman pendudukan Belanda adalah Amoentai,[2] Amoenthaij atau Amoenthay.[3] Pada zaman Hindia Belanda dahulu dipakai sebagai nama kawedanan/ Distrik Amuntai (Amoenthaij) dan juga pernah dipakai sebagai nama kabupatennya yaitu Kabupaten Amuntai. Dahulu kota Amuntai adalah sebuah kecamatan utuh hingga dimekarkan menjadi 3 kecamatan, yakni : 1. Amuntai Selatan dengan luas 174 km² dan jumlah populasi penduduk 26.545 jiwa 2. Amuntai Tengah dengan luas 80,50 km² dan jumlah populasi penduduk 46.631 jiwa 3. Amuntai Utara dengan luas 37 km² dan jumlah populasi penduduk 21.262 jiwa.[4] Di kecamatan Amuntai Tengah-lah pusat pemerintahan dan perdagangan kabupaten Hulu Sungai Utara yang ditandai dengan adanya kantor bupati, kantor-kantor dinas pemkab Hulu Sungai Utara, sentra perdagangan, dan sarana/prasarana lainnya dan Amuntai Tengah merupakan kecamatan dengan penduduk terpadat di kabupaten Hulu Sungai Utara

Negara Indonesia KabupatenHulu Sungai Utara ProvinsiKalimantan Selatan Ketinggian−23 ft (0-7 m) Populasi  • SukuBanjar  • AgamaIslam Amuntai (disingkat: AMT[1]) adalah ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Utara. Kota Amuntai terletak di pertemuan (bahasa Banjar: murung) antara sungai Negara, sungai Tabalong dan sungai Balangan dan berjarak 190 km di sebelah utara Kota Banjarmasin, ibu kota provinsi Kalimantan Selatan. Ejaan Amuntai di zaman pendudukan Belanda adalah Amoentai,[2] Amoenthaij atau Amoenthay.[3] Pada zaman Hindia Belanda dahulu dipakai sebagai nama kawedanan/Distrik Amuntai (Amoenthaij) dan juga pernah dipakai sebagai nama kabupatennya yaitu Kabupaten Amuntai. Dahulu kota Amuntai adalah sebuah kecamatan utuh hingga dimekarkan menjadi 3 kecamatan, yakni : Amuntai Selatan dengan luas 174 km² dan jumlah populasi penduduk 26.545 jiwa Amuntai Tengah dengan luas 80,50 km² dan jumlah populasi penduduk 46.631 jiwa Amuntai Utara dengan luas 37 km² dan jumlah populasi penduduk 21.262 jiwa.[4] Di kecamatan Amuntai Tengah-lah pusat pemerintahan dan perdagangan kabupaten Hulu Sungai Utara yang ditandai dengan adanya kantor bupati, kantor-kantor dinas pemkab Hulu Sungai Utara, sentra perdagangan, dan sarana/prasarana lainnya dan Amuntai Tengah merupakan kecamatan dengan penduduk terpadat di kabupaten Hulu Sungai Utara

CANDI AGUNG Amuntai kal sel kalimantan selatan:Candi Agung adalah sebuah situs candi Hindu berukuran kecil yang terdapat di kawasan Sungai Malang, kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Candi ini diperkirakan peninggalan Kerajaan Negara Dipa yang keberadaannya sezaman dengan Kerajaan Majapahit.[1] Candi Agung Amuntai merupakan peninggalan Kerajaan Negaradipa Khuripan yang dibangun oleh Empu Jatmika abad ke XIV Masehi. Dari kerajaan ini akhirnya melahirkan Kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Banjarmasin. Menurut cerita, Kerajaan Hindu Negaradipa berdiri tahun 1438 di persimpangan tiga aliran sungai. Tabalong, Balangan, dan Negara. Cikal bakal Kerajaan Banjar itu diperintah oleh Pangeran Suryanata dan Putri Junjung Buih dengan kepala pemerintahan Patih Lambung Mangkurat. Negaradipa kemudian berkembang menjadi Kota Amuntai. Candi Agung diperkirakan telah berusia 740 tahun. Bahan material Candi Agung ini didominasi oleh batu dan kayu. Kondisinya masih sangat kokoh. Di candi ini juga ditemukan beberapa benda peninggalan sejarah yang usianya kira-kira sekitar 200 tahun SM. Batu yang digunakan untuk mendirikan Candi ini pun masih terdapat di sana. Batunya sekilas mirip sekali dengan batu bata merah. Namun bila disentuh terdapat perbedaannya, lebih berat dan lebih kuat dari bata merah biasa. Batu bata yang ditemukan berukuran besar mirip dengan batu bata yang juga ditemukan situs candi Kayen di Dusun Buloh Desa Kayen di Jawa Tengah

Ribuan rumah warga yang berada di dua kecamatan di kota Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan kembali terendam air. Banjir disebabkan oleh meluapnya Sungai Balangan dan Sungai Tabalong dan memutus jalan Trans Kalimantan. Untuk ketiga kalinya dalam 4 bulan terakhir, kota Amuntai, Ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, kembali dilanda banjir. Banjir disebabkan meluapnya Sungai Balangan dan Sungai Tabalong. Ribuan rumah warga terendam dan arus transportasi di ruas jalan Trans Kalimantan yang menghubungkan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur terputus. Banjir juga mengakibatkan terendamnya kantor bupati, Polres Hulu Sungai Utara, sejumlah tempat ibadah dan gedung sekolahnya. Akibatnya proses belajar mengajar dibeberapa sekolah terhenti. Meski tidak adan korban jiwa, namun kerugian akibat banjir kali ini diperkirakan mencapai 1 milyar rupiah lebih. Apalagi ratusan hektar lahan persawahan diperkirakan gagal panen. Sejumlah desa yang kondisinya cukup parah diantaranya adalah Desa Penangkalan, Tangga Ulin Ulu, Tangga Ulin Hilir, Pekacangan, Murungsari dan Tambalangan. Ratusan warga mengungsi dibeberapa tempat yang disediakan Pemda setempat, seperti Kantor Dinas Kesehatan serta Rumah Sakit Tembalah Batung. Selain akibat meluapnya dua sungai, banjir yang terjadi di kota Amuntai juga disebabkan penyempitan sungai akibat penumpukan sampah. Karenanya warga meminta Pemda segera melakukan pengerukan.